Saung Kuring

Wilujeung Sumping Di Saung Urang Maparah

Membedakan Ruh dengan Jiwa Dan Nafs

Kajian Hakikat
Written by Abu Sangkan   
Assalamu’alaikum wr.wb.

Saya sering menemukan kata-kata atau kalimat bahasa Indonesia yang tidak mampu memuat makna atau padanan kata yang sesuai dengan bahasa Arab, Inggris ataupun bahasa lainnya, sehingga sampai sekarang kita terkadang bingung dengan istilah-istilah asing yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi rancu dan aneh.

Sebagai contoh adalah kata ‘qalb’, yang diterjemahkan menjadi hati, hati kecil, hati nurani dll, seakan-akan hati itu ada beberapa macam lapisan. Padahal sebenarnya qalb itu sifat dari jiwa, sedangkan jiwa itu termasuk An nafs (badan, sosok, wujud/berwujud/ berbentuk/berupa). Disinilah orang kebanyakan keliru, yang mengartikan “An nafs” hanya sebagai jiwa, padahal badan wadag (fisik) ini pun disebut An nafs (sosok, wujud kasar/ badan kasar).

Roh adalah rahasia Tuhan yang ditiupkan kepada nafs (jiwa atau badan), roh ini menyebut dirinya AKU, yang disebut bashirah (yang mengetahui atas jiwa, qalb, fisik dll ..... lihat tafsir shafwatut Attafaasir surat Al qiyamah: 14)

Agar tidak bingung, mari kita bahas satu persatu menurut dalil qoth’i.

Apakah roh itu ??
Mengapa Allah merahasiakan Roh dan mengaitkannya dengan Roh-Nya,
dan di dalam Al qur’an termasuk kelompok ayat-ayat mutasyabihat (makna yang dirahasiakan), karena pada ayat tersebut terdapat kalimat “Roh manusia adalah Roh yang ditiupkan dari ROH-KU (Min ruuhii)” arti harfiahnya adalah Roh milik Allah. Akan tetapi para mufassir menafsirkan Roh sebagai ciptaan Allah.
Saya tidak berani menafsirkan kalimat tersebut, karena dari segi tata bahasa ayat ini termasuk kalimat mutasyabihat. Dalam kalimat itu sendiri tidak ada yang ‘menunjukkan’ bahwa Roh itu ciptaan Allah, karena itu saya tidak berani menterjemahkan kalimat ini sebab Allah sendiri melarang meraba-raba atau mereka-reka seperti apa roh itu, kecuali hanya bisa merasakan bahwa di dalam diri ini ada yang melihat (bashirah) setiap gerak-gerik jiwa dan pikiran serta perasaan kita. Dan bashirah bersifat fitrah (suci) karena ia selalu bersama dan mengikuti amr-amr (perintah) Tuhannya .

Firman Allah : “Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ ( Al Hijr,29).

An Nafs adalah yang memiliki bentuk atau wujud atau sosok yang tergambarkan, yang diciptakan dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin (ekstrak alam). Sedangkan Roh bukan tercipta dari unsur alam ataupun dari materi yang sama dengan Malaikat maupun Jin, sehingga mereka hingga kini tidak mengetahui dari unsur apa roh manusia diciptakan. Bahkan Allah membiarkan para Malaikat dan Syetan untuk tak berhenti berfikir (penasaran), apakah gerangan yang menyebabkan manusia memiliki kedudukan lebih tinggi dari bangsa malaikat dan syetan serta makhluk-makhluk yang lainnya.. Allah hanya berkata : Inni a’lamu maa laa ta’lamuun …Aku lebih mengetahui dari apa-apa yang kalian tidak ketahui (Al Baqaarah: 30).

Para malaikat protes atas kebijaksanaan Allah yang dianggap tidak masuk akal, dengan perasaan ragu mereka akhirnya mengungkapkan rasa penasarannya kepada Allah …ataj’alu fiiha man yufsidu fiiha wayasdikuddimaa’ wanahnu nussabbihu bihamdika wanuqaddisulaka ?? Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ??

Tuhan berfirman : Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui ( Al Baqaarah: 30)

Rahasia roh ini dipertegas oleh Allah dalam surat Al Isra’ :85
Dan mereka bertanya kepadamu tentang Roh, katakanlah : Roh itu termasuk urusan-Ku (amr-Tuhanku) dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit .
Oleh karena itulah saya tidak berani menafsirkan, apakah Roh itu?. Apalagi menterjemahkannya sebagai Roh ciptaan-Ku. Saya akan tetap mengikuti arti lafadz aslinya yaitu Ruuhii (Roh-Ku), karena disana disebutkan kalian tidak memiliki pengetahuan tentang Roh kecuali hanya sedikit sekali.
Dalam Firman Allah : Surat Al-Qiyaman ayat 14 dikatakan : Dan roh ini memiliki sifat yang Mengetahui. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (nafs). Di dalam nafs (diri) manusia ada yang selalu tahu, yaitu Aku. Yaitu Roh manusia yang menjadi saksi atas segala apa yang dilakukan nafsinya (diri). Ia mengetahui kebohongan dirinya (nafs), kemunafikan, rasa angkuhnya dan rasa kebencian hatinya, karena itu sang roh disebut min Amri rabbi selalu mendapatkan intruksi-instruksi Tuhan-Ku.
Mengapa demikian ?, karena ia tidak pernah mengikuti kehendak nafsunya dan tidak pernah menyetujuinya tanpa kompromi sedikitpun ...itulah yang disebut fitrah yang suci, dan fitrah manusia selalu seiring dengan fitrah Allah (Surat Ar rum:30)
Jika manusia mengikuti fitrahnya , maka ia akan selalu mengikuti kehendak ilahy.

Kemudian apakah Nafs itu ??

Nafs mempunyai beberapa makna :

1. Nafs yang berkaitan dan tumpuan syahwat atau hawa (hawa berasal dari bahasa Arab yang tercantum dalam al qur’an, wanaha An nafsa ‘anil hawa …dan ia menahan dirinya (fisiknya) dari keinginannya (hawanya) (An Nazi’at :40-41). Yaitu hawanya mata, hawanya telinga, hawanya mulut, hawanya kemaluan, hawanya otak dll. Hawa-hawa atau syahwat, selalu berkecenderungan kepada asal kejadiannya yaitu sari pati tanah. dengan demikian An nafs berarti fisik (tanah yang diberi bentuk). Dia akan bergerak secara naluri mencari bahan-bahan materi asal fisiknya. Ketika kekurangan energi atau kekurangan unsur-unsur asalnya, maka ia akan segera mencari atau secara naluri ia akan berkata, saya lapar, saya haus !!
Firman Allah : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari ekstrak yang berasal dari tanah’.( Al mukminun:12)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang berstruktur (berbentuk). Maka apabila Aku telah meniupkan kepadanya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “( Al Hijir: 28-29)

2. An Nafs yang berarti Jiwa,. Jiwa mempunyai beberapa sifat, nafs lawwamah (pencela), nafs muthmainnah (tenang), nafs Ammarah bissu’ (senantiasa menyuruh berbuat jahat).
Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah ….. ( Al Fajr : 27-28)
Wala uqsimu binnafsil lawwamah …( Al Qiyamah:2)
Wama ubarriu nafsii, innannafsa laammaratun bissuu’ ( Yusuf:53)
Sedangkan Qalb, artinya sifat jiwa yang berubah-ubah, tidak tetap. Terkadang ia bersifat muthmainnah, kadang juga lawwamah, atau berubah menjadi ammarah bissuu’
Watak seperti inilah yang dimaksud dengan QALB.(berbolak-balik). Jadi keliru kalau dikatakan qalb itu adalah wujud, karena dia bukan jiwa, akan tetapi merupakan sifatnya jiwa yang selalu berubah-rubah . Jiwa yang mempunyai sifat berubah-rubah inilah yang dinamakan Qalbun !! sedangkan jiwa yang selamat disebut Qalbun salim (selamat dari sifat yang berubah-rubah) (illa man atallaha biqalbin saliim ….kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat : Asy syura: 89)
An nafs (jiwa ) memiliki alat-alat, Pikiran, Perasaan, Intuisi, Emosi dan Akal, sedangkan An Nafs (fisik) memiliki alat-alat : Penglihatan (mata), Pendengaran (telinga), Perasa (lidah ) Peraba, Penciuman ( hidung ).

Selanjutnya saya akan menguraikan kitab Barnabas berikut ini :
…kemudian berkata Yesus, demi Allah pada hadirat-Nya Rohku berdiri, banyak yang sudah tertipu mengenai kehidupan kita. Karena demikian saling merapatnya antara Roh dan perasaan (telah berhubungan bersama-seperti menyatu), sehingga sebagian besar manusia ‘meng-iyakan’ Roh dan perasaan itu menjadi satu (merupakan hal yang sama), hanya terbaginya dalam penugasan, tidak dalam wujud, seperti menyebutkannya sensitive (rasa perasaan), vegetative (tubuh yang tumbuh) dan intellectual soul (Roh berfikir, cerdas akal ). Tetapi sungguh aku katakan kepadamu, roh itu adalah satu, yang berfikir dan hidup. Orang-orang dungu, dimanakah akan mereka dapatkan roh akal tanpa kehidupan? tentulah dalam keadaan ketidaksadaran, apabila rasa perasaan meninggalkannya.
Thaddeaus menjawab, O Guru, apabila rasa perasaan (sense) meninggalkan kehidupan (life) seorang manusia tidak mempunyai kehidupan.

Ayat diatas menjelaskan banyak orang tertipu mengenai kehidupan. Sesungguhnya Roh itulah yang menyebabkan orang itu hidup dan berfikir/berakal dan memiliki perasaan (sense), tubuh yang bergerak dan tumbuh. Semuanya itu karena adanya Roh. Dan Thaddeaus menyimpulkan bahwa jika manusia tidak memiliki Roh maka tidak akan ada kehidupan pada dirinya. Berarti rasa (sense) intellectual soul merupakan intrument roh .

Kemudian pada pasal 123
Ketika semua duduk, Yesus berkata lagi, ALLAH kita memperlihatkan kepada makhluk-makhluk-Nya kasih sayang-Nya dan rahmat serta Maha Kuasa-Nya, dengan Maha pemurah dan Maha Adil-Nya, membuat susunan dari empat hal berlawanan yang satu dengan yang lain, lalu menyatukannya dalam suatu tujuan akhir. Itulah manusia dan ini adalah tanah, udara, air dan api. Supaya tiap-tiap satu sama lain menenangkan pertentangannya. Dan dari empat benda ini, dia menjadikan sebuah kendi (bejana) itulah tubuh manusia, daging, tulang-tulang, darah, sum-sum dan kulit dengan saraf-saraf dan pembuluh-pembuluh darah, dan dengan semua bagian-bagian dalamnya; dalam tempat itu Allah meletakkan ROH dan rasa perasaan, laksana dua tangan dari hidup ini. Memberikan tempat kepada rasa perasaan pada setiap bagian tubuh untuk itu menebarkan dirinya disana seperti minyak. Dan kepada Roh, dia memberikan untuk tempatnya hati, yang bersatu dengan perasaan, dialah yang akan menerima seluruh kehidupan itu.

Ayat ini menerangkan penciptaan manusia seperti terdapat di dalam Al qur’an surat Al hijir 28-29 , “sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”,
Surat Al mukminun: 12 , manusia berasal dari ekstrak tanah
Surat Al hajj : 5 , manusia dari turab (berupa debu)
Surat Ar Rahman : 14 , manusia berasal dari tanah liat yang kering seperti tembikar.
Pasal 179 ,dikatakan Roh itu bersifat universal dan besarnya 1000 kali lebih besar dari seluruh bumi
Sebenarnya pasal ini hampir sama dengan keterangan saya pada bab hakikat manusia, bahwa jiwa bersifat sangat luas, dengan identitas dirinya yang dipanggil sebagai feminine karena sifatnya yang universal . Ya Ayyatun nafsul muthmainnah …wahai jiwa yang tenang ….Penggunakan Ya nida’(Ayyatuha) atas jiwa sebenarnya biasa digunakan untuk memanggil wanita, juga untuk panggilan (nida’) sesuatu yang sangat luas berdasarkan dalil kullu jam’in muannatsin …sesuatu yang bersifat universal atau luas disebut muannats (feminine). Misalnya, jannatun (syurga) samawat (langit) Al Ardh (bumi). Al jamiat (universitas / universal).

Jarang orang menyadari akan dirinya yang sebenarnya yang sangat luas. Ketidaksadaran ini telah lama menyesatkan fikiran kita yang menganggap bahwa diri kita sebatas apa yang tergambar secara kasat mata saja, padahal sebenarnya lebih dari yang ia bayangkan.

Baik manusia ataupun logam, tumbuhan, gunung dan lain-lain sebenarnya terdiri dari suatu untaian kejadian-kejadian atau proses, dimana segala alam lahir ini tersusun oleh senyawa-senyawa kimiawi yang dinamai zarrah (atom). Dan atom-atom ini dalam analisa terakhir adalah satu unit tenaga listrik, yang energi positifnya (proton) berjumlah sebanyak energi negatifnya (electron) di dalam atom ini. Dalam setiap detik terjadi loncatan dan pancaran (charge and spark) secara terus menerus ..... itulah semburan-semburan yang tidak ada hentinya dari daya listrik. Manusia tidak mampu melihat semburan atau loncatan yang tidak putus-putus dengan kecepatan yang sangat luar biasa tersebut dengan kasat mata biasa, kecuali dengan kesadaran ilmu yang cukup. Sebagaimana Al qur’an mengungkapkan tentang gunung yang dianggap oleh orang awam seperti diam tak bergerak :
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awam’ ( An naml:88)

Jadi secara fisik, manusia bersifat luas dan rohani meliputi keluasan alam semesta,

Wassalamu’alaikum Wr, Wb,